Untuk membangun gedung Unit Gawat Darurat, RS Jakarta mendapat bantuan dari Pemerintah DKI Jakarta, sedang peralatan medis dan penunjangnya diperoleh atas bantuan dari RS Cipto Mangunkusumo dan perwakilan alat kedokteran Toshiba.
Tahun 1974 dimulai Sekolah Pengatur Rawat (SPR) yang akan menggantikan Sekolah Bidan Tjut Nyak Dien. SPR berlangsung hingga tahun 1981 karena kemudian dialihkan menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Selama berjalan 7 tahun, SPR telah menghasilkan lulusan sebanyak 214 Perawat dari 6 angkatan.
Tahun 1977, RS Jakarta menerima bantuan dari Bank Indonesia untuk membangun gedung Laboratorium Patologi Anatomi.
Tahun 1978, sertifikat tanah milik Yayasan RS Jakarta seluas 19.619 m2 dengan Hak Guna Bangunan No. 60 Karet Semanggi diperoleh berdasarkan SK Menteri Dalam Negeri tanggal 12 September 1974 No. SK 277/HGB/DA/74 jo tanggal 28 Juni 1978 No. SK. 277 /HGB/DA/74/ A/78. Hak Guna Bangunan tersebut berlaku untuk 20 tahun terhitung tanggal 21 Maret 1978 samapai dengan tanggal 21 Maret 1998.

Masjid dilingkungan Yayasan dibangun pada tahun 1974 atas prakarsa Direktur RS Jakarta Dr. H. Muchtar Sumartabrata. Masjid itu bernama Masjid Imam Syafe'i terletak diatas tanah Yayasan disamping bagian belakang menghadap jalan Garnizun.
Pada tanggal 14 November 1978, bertepatan dengan hari peringatan 25 tahun berdirinya Yayasan, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan gedung Asrama Perawat Putri (pegawai) oleh Menteri Kesehatan RI Dr. Soewardjono Soerjaningrat. Pembangunan ini merupakan bantuan dari seorang dermawan yang tidak mau disebut namanya.

 

1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14
e